Baby Acho, si bayi ASI |
Semenjak hamil saya bertekad untuk memberi asi ekslusif. Sayangnya, tekad tidak dibarengi dengan usaha belajar. Yang saya lakukan selama hamil cuma mengamati perkembangan janin, kerja dan jalan-jalan.Awalnya saya pikir kalau menyusui itu gampang, tinggal berikan saja, beres. Ternyata salah besar.
Dengan ilmu nol mengenai menyusui, saya melahirkan Acho. Pertama kali melihat wajahnya, rasanya mau dipeluk terus. Tapi kok dia dibawa pergi bersama suami saya? Kok? Bukannya harusnya IMD? Tidak lama suami saya kembali, katanya ketuban saya hijau, ada cairan yang masuk ke saluran pernapasannya jadi harus segera diobservasi. Duh, patah hati rasanya gagal IMD. Acho baru seruangan dengan saya beberapa jam kemudian. Berhubung saya belum ngeh, dan Acho tidur terus, baru saya mulai susui 10jam kemudian, itupun setelah saya tanya suster di rumah sakit. Dua hari pertama, saya merasa baik-baik saja. Acho di rumah sakit lebih sering tidur dan jarang menangis. Keresahan mulai muncul ketika saya pulang ke rumah dan Acho tidak berhenti menangis. ASI seret, saya kaget dan stress dengan situasi baru ini, belum masih harus mengurusi pekerjaan rumah sendiri disaat luka melahirkan masih terasa sakit. Semua masalah berkumpul jadi satu, dan saya mulai menyerah, berpikir untuk memberi susu formula.
Tapi pemberian susu formula saya tahan sampai kontrol dokter, dan barulah diketahui kalau anak saya rewel karena sakit. Hari itu juga mendadak ASI mengalir deras. Oh, saya ingat, memang perawat di rumah sakit pernah bilang kalau asi akan keluar paling lambat 3-4hari setelah melahirkan. Ternyata beliau benar. Rasanya kena tamparan keras sekali, betapa saya tidak pernah mempersiapkan ini, bahkan cenderung tidak peduli masalah ASI. Hari itu saya menangis di rumah sakit. Lupa namanya malu dilihat orang-orang.
Sejak pulang dari rumah sakit saya akhirnya belajar seluk beluk ASI dan menyusui. Baru saya sadar kalau menyusui itu tidak sekedar "cuma menyusui". Masih banyak yang harus saya pelajari sampai sekarang. Mulailah saya belajar cara dan posisi menyusui yang benar , pijat oksitoksin, makan makanan yang kabarnya bisa memperlancar ASI. Belakangan baru saya tahu bahwa mood ibu sangat mempengaruhi produksi ASI. Ketika stress atau panik, ASI pasti mampet. Begitu makan makanan favorit atau saat bahagia, ASI jadi mengalir deras. Acho yang sempat kuning pun terus menerus saya susui dan jemur di pagi hari agar kadar billirubinnya segera normal. Alhamdulillah, di hari ke tujuh, sudah normal dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Acho pun bisa menyusu dengan kuat dan terus menerus.
Pemberian asi tidak pernah saya jadwalkan, begitu Acho minta, ya saya beri. Mulai dari tiap 15-30menit sekali, sampai di usianya saat ini 13 bulan cukup 6-10x sehari. Saya yakin, kalau ASI adalah nutrisi terbaik yang bisa saya berikan. Tidak lupa, saya juga konsumsi makanan bergizi baik agar nutrisi ibu dan anak baik juga.
Selama ini Acho tidak pernah mogok ASI. Yang menjadi masalah adalah dia cuma mau menyusu si satu sisi saja , karena ada perbedaan bentuk payudara dan volume ASI yang lebih sedikit. Sampai saat ini saya harus bolak balik tawarkan terus kedua sisi, kadang mau , kadang tidak.
Apa ASI saya selalu berlimpah? Tentu tidak. Malah jadi kejar tayang. Mau coba stok ASIP pun seringnya gagal. Tapi saya terus berpikir ASI saya cukup. Tidak perlu berlebih, yang penting cukup. Selama ASI masih mengalir, saya akan tetap memberikannya pada anak sampai memang sudah waktunya menyapih. Kegiatan menyusui itu adalah waktunya saya bonding dengan anak, mesra-mesraan dengan anak. Kadang sambil bercerita, menyanyi, dan bermain.
Karena saya berniat full ASI dan tidak memerah ASI, jadi ke manapun saya pergi pasti Acho dibawa. Ribet ngasih ASI di tempat umum? Ah eggak juga. Yang penting Usahakan tempat yang dituju punya tempat khusus untuk ibu dan bayi. Kalau tidak ada, saya pasti pakai baju ibu menyusui. Jadi akses menyusui gampang , anak enggak ngamuk karena kelamaan persiapan menyusui. Oiya, karena baju ibu menyusui itu didesain khusus, menyusui jadi tidak kentara. Kalau masih kurang pede menyusui di tempat umum, bisa ditutupi dengan selimut atau nursing cover. Jadi tidak ada alasan sulit menyusui saat bepergian.
Sebagai craftymama, perlengkapan bepergian pun akhirnya saya buat sendiri, dikerjakan disela-sela anak tidur. Ya, ibu menyusui ini ingin tetap tampil gaya. Mulailah saya membuat nursing cover sendiri, serta diaper pouch.
Menyusui ketika bepergian itu seru lho. Sering saya berada di nursing room dengan ibu ibu lainnya, dan berakhir dengan sharing masalah anak dan ASI. Pernah juga asyik ngobrol dengan ibu di nursing room yang ternyata adalah istri teman saya. Saling menyemangati pastinya, untuk terus berikan ASI.
Namanya perempuan, naluri koleksi bajunya kuat. Ya masak pergi jalan- jalan tapi bajunya itu melulu. Punya beberapa baju ibu menyusui rasanya masih kurang. Masih ada incaran baju ini nih
Baju Fiora dari hijUp.com |
Browsing sana sini, ternyata hijUp.com punya koleksi baju ibu hamil dan menyusui lho. Langsung saya jatuh hati sama model Fiora ini. Hati ibu yang senang kan bisa perlancar ASI, jadi sesekali boleh ya memanjakan diri sendiri dengan belanja baju. *kode
Setelah Acho mulai mpasi, saya jadi bisa sesekali menitipkan acho ketika bepergian
. Durasinya pun tidak bisa lama, mengingat Acho gampang lapar. Apalagi saat menjelang tidur, ASI itu wajib buat dia, saya tidak ada di waktu malam, pasti langsung mengamuk dan tidak mau tidur.
Apa drama ASI berhenti begitu saja? Oh tentu tidak. Mood ibu harus diatur juga. Bayi tumbuh gigi jadi drama karena gigitan, bayi sibuk berpose jungkir balik sambil sedot ASI?sering terjadi. Tapi di situlah tantangan sekaligus kenikmatan sebagai seorang ibu. Pastinya saya akan terus usahakan yang terbaik untuk anak saya. Setuju?